Oleh : Bambang Hermanto
Pendahuluan
Teknologi
informasi mulai popular pada awal dasawarsa 60-an. Istilah teknologi informasi
semakin banyak digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat termasuk pustakawan.[1]
Teknologi informasi akan membawa perubahan baik kecil maupun besar sehingga
memerlukan solusi baru agar dapat adaptasi.
Perkembangan teknologi informasi berdampak pada perpustakaan,
pustakawan dan pemustaka terkait dengan kebutuhan informasi. Masyarakat
dengan fasilitas komputer dan jaringan internet dapat mengakses informasi
dengan mudah dan cepat. Dengan adanya perubahan perilaku pemustaka menjadikan
perpustakaan sebagai sumber informasi memerlukan teknologi informasi untuk
mengelola perpustakaan.
Perpustakaan
akan ditinggalkan oleh pemustaka apabila tidak dapat mengikuti perkembangan
teknologi. Pustakawan
sebagai pengelola perpustakaan dapat memanfaatkan teknologi yang berkembang
saat ini untuk kemajuan perpustakaan Sebagai pengelola dan manajer informasi pustakawan
diharapkan tanggap dan siap menghadapi perkembangan teknologi ini. Seperti di
tegaskan dalam undang-undang
no. 43 tahun 2007 ayat 8[2]
bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Sedangkan tugasnya ditegaskan dalam ayat 32 adalah
memberikan layanan prima terhadap pemustaka, menciptakan suasana perpustakaan
yang kondusif, memberikan keteladanan dan menjaga nama baik lembaga dan
kedudukannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Saat ini
perpustakaan sudah banyak yang menerapan teknologi informasi untuk mengelola
perpustakaan dengan alasan banyak manfaat, efektivitas, efisiensi dan
mempercepat proses pelayanan. Menurut
Janet Guenia[3] dengan kemajuan teknologi
yang pesat akan memberikan harapan dari pemustaka terhadap perpustakaan. Bergesernya pengelolaan perpustakaan dari
manual ke komputerisasi membawa dampak bagi perkembangan perpustakaan.
Pustakawan sebagai pengelola informasi mempunyai peran yang trategis terhadap
perkembangan perpustakaan tersebut. Perubahan kegiatan perpustakaan yang semula dilakukan secara manual
sudah menggunakan teknologi informasi seperti pengadaan bahan pustaka,
pengolahan, pelayanan sirkulasi dan temu kembali informasi.
Dalam menerapkan
teknologi informasi tentu banyak hambatan dan kendala yang dialami oleh
perpustakaan. Hal ini yang menjadi tugas pustakawan untuk dapat mengatasi
masalah dan kendala agar penerapan teknologi informasi di perpustakaan berjalan
sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang masalah di atas dapat diambil pokok masalah adalah bagaimana peran
pustakawan dalam implementasi teknologi informasi di perpustakkan ?
Tujuan dan Manfaat
Tulisan yang Dibahas
1. Tujuan Penelitian
Untuk menggali dan
mengungkapkan peran pustakawan dalam implementasi teknologi informasi.
2. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat:
a.
Memberikan saran, masukan dan pertimbangan bagaimana
sikap pustakawan dalam mengimplementasi teknologi informasi
b.
Sebagai sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu
perpustakaan dan informasi.
c.
Menambah pemahaman dan wawasan penulis tentang peran
pustakawan dalam mengimplementasi teknologi informasi
Kajian Pustaka
Berdasarkan hasil
penelusuran yang penulis lakukan terhadap beberapa karya tulis yang sejenis, penulis
menemukan hasil tulisan yang telah
dilakukan oleh para penulis sebelumnya. Meskipun karya ilmiah yang penulis buat
memiliki kesamaan dengan yang penulis lakukan, namun karya ilmiah tersebut
memiliki beberapa perbedaan.
Karya
ilmiah pertama yang penulis temukan adalah karya yang ditulis oleh Janet
Guinea (Assistant systems
librarian University Library University of Leicester)[4]
dengan judul “Building bridges : the role of the system librarian in a
university”. Karya ini menjelaskan
tentang peran pustakawan sebagai mediator atau perantara antara programmer
dengan pengguna software. Dalam tulisan tersebut pustakawan harus mempunyai
kompetensi meliputi seluruh aspek manajemen database, konfigurasi,
dukungan operasional, manupulasi format data untuk ekspor atau impor, upgrade
software dan pemecahan masalah sehari-hari. Selain itu juga dituntut
pengetahuan tentang unix, HTML, Z39.50, system manajemen data base, sistem
manajemen proyek , format MARC dan
standar digitalisasi. Karya ilmiah tersebut memaparkan bagaimana pustakawan
system terlibat dalam penanganan proyek yang berhubungan dengan teknologi
informasi antara lain :
1)
Peran pustakawan
dalam proyek perpustakaan
Mengembangkan
akses ke layanan perpustakaan khusus untuk siswa pembelajaran jarak jauh di
Universitas bekerja sama dengan Distance Learning Unit ( DLU)
2)
Peran pustakawan dalam proyek
universitas
a. Proyek
pertama adalah pustakawan dan tim perpustakaan dipanggil untuk bekerja sama
dengan tim implementasi SITS berkaitan dengan membangun format pertukaran data
yang sesuai untuk mengimpor data pengguna dari SITS ke dalam sistem
perpustakaan. Staf perpustakaan mampu menguraikan persyaratan teknis impor
untuk format file impor. Selain
kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa sistem dengan tim implementasi SITS,
masalah utama dari staf perpustakaan
harus diwakili, karena berhubungan dengan implikasi untuk mengimpor data ke
dalam database siswa pada sistem perpustakaan.
b. Proyek
Universitas kedua adalah implementasi Virtual Learning Environment (VLE)
layanan berbasis pada perangkat lunak Blackboard oleh Pusat Komputer
universitas
Karya kedua karangan Hao Chang Sun[5]
dengan judul “ Role changing for librarians in the new information technology
era. Tulisan ini mengulas tentang membahas
peran pustakawan sebagai pendidik dan mengeksplorasi cara-cara yang paling
efektif menerapkan perubahan tersebut. Dengan mengunakan literatur yang
bercermin pada sejarah pendidikan dan melek informasi perpustakaan, mencerminkan perubahan peran pustakawan di era teknologi
termasuk Web 2.0
Tulisan ketiga
yang ditulis oleh Widodo (Kepala UPT Perpustakaan UNS)[6]
dengan judul “Peran dan karakteristik pustakawan di era digital library”. Karya
ini menjelaskan tentang peran pustakawan dalam menghadapi perkembangan digital
library yaitu pustakawan sebagai manajer informasi, tim works, guru, konsultan,
peneliti dan teknisi komputer.
Karya keempat
berupa buku karangan Wahyu Supriyanto dan Admad Muhsin[7]
dengan judul “Teknologi informasi perpustakaan”. Buku ini memaparkan aplikasi
teknologi informasi di dunia perpustakaan. Selain itu buku tersebut menguraikan
penggunaan TI di perpustakaan, persipan yang diperlukan untuk membuat
perpustakaan digital, cara merancang sistemny, software yang diperlukan, bentuk
perpustakaan, online berbasis web, manajemen dan perkembangan di masa depan.
Karya kelima yang ditulis Bambang
Hermanto[8]
(Pustakawan UNS) dengan judul penerapan teknologi informasi untuk meningkatkan
mutu layanan perpustakaan Universitas Sebelas Maret membahas tentang teknologi informasi yang
dapat diterapkan di perpustakaan perguruan tinggi seperti otomasi perpustakaan,
internet, digital library dan e-journal. Dalam tulisan tersebut dipaparkan
kelebihan, kelemahan dan solusi pemecahan masalah sebagai berikut :
1)
Kelebihan yang diperoleh dari penerapan
teknologi informasi di perpustakaan adalah
a. Layanan lebih cepat, mudah, dan praktis
b. Penelusuran
lebih cepat dan mudah
c. Menghemat
waktu
d. Menghemat
tenaga
e. Membutuhkan
sedikit SDM (pustakawan)
2)
Kelemahan yang dihadapi dalam penerapan teknologi
informasi di perpustakaan adalah
a. Tergantungan pada aliran listrik atau
PLN
b. Bila
komputer rusak layanan terganggu
c. Minimnya
teknisi computer
3)
Solusi pemecahan dalam mengatasi kelemahan tersebut
adalah
a.
Perlu adanya jenset untuk mengantisipasi
terjadinya mati listrik
b.
Merengkrut tenaga teknisi komputer
c.
Mengirim pustakawan mengikuti kursus teknisi
komputer
d.
Pengadaaan komputer yang baru
Pembahasan
1. Penerapan Teknologi Informasi di Perpustakaan
Perpustakaan sebagai sumber informasi membutuhkan teknologi
informasi untuk mempermudah pengolahan bahan pustaka, layanan sirkulasi,
penyebaran informasi, dantemu kembali informasi. Selain itu dengan pernerapan
teknologi informasi membawa keuntungan-keuntungan dalam kegiatan-kegiatan
perpustakaan dalam mengolah, menyimpan, dan menyebarkan informasi.
Adapun keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari
penerapan teknologi informasi dalam kegiatan-kegiatan di perpustakaan menurut
Wahyu Priyanto[9] antara
lain :
a.
Mengifisiensikan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan
b.
Memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna
perpustakaan
c.
Meningkatkan citra perpustakaan
d.
Pengembangan infrastruktur nasional, regional dan
global
Sedangkan menurut Bambang Hermanto[10],
keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari penerapan teknologi informasi dalam
kegiatan-kegiatan di perpustakaan antara lain :
a. Layanan lebih cepat, mudah, dan praktis
b. Penelusuran
lebih cepat dan mudah
c. Menghemat
waktu
d. Menghemat
tenaga
e. Membutuhkan
sedikit SDM (pustakawan)
Dari pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa
keuntungan yang diperoleh dalam menerapkan teknologi informasi di perpustakaan
adalah
a.
Pekerjaan pustakawan lebih efektif dan efisien.
b.
Meningkatkan citra yang lebih baik
c.
Alat promosi perpustakaan melalui website.
d.
Mempermudah dalam pertukaran informasi dan kerjasama
antar perpustakaan lain.
2.
Peran Pustakawan Tradisonal
Perubahan
dalam mengelola perpustakaan yang tadinya dikelola secara konvensional ke
komputerisasi sebaiknya melibatkan peran dari pustakawan tradisional.
Perpustakaan melalui pimpinan perpustakaan memberikan pelatihan penggunaan
teknologi informasi ke pustakawan tradisional. Hal ini sebagai antisipasi agar
pustakawan tradisional tidak merasa ditinggalkan yang berdampak pada terhambatnya
proses penerapan teknologi informasi di perpustakaan.
3.
Peran Pustakawan Dalam Implementasi Teknologi Informasi
Pustakawan dapat memainkan perannya
dengan adanya teknologi informasi dengan cara membuka wawasan terhadap peran
barunya. Pustakawan dapat menggunakan
intelektual tetapi tidak meninggalkan kegiatan rutinitas kepustakawanan. Pustakawan dapat meningkatkan dan
mengembangkan kompetensi intelektual serta kompetensi pendukung lain
seperti kompetensi komputer, kompetensi fisik, pribadi, dan kompetensi sosial.
Dalam era
teknologi informasi pustakawan dapat memainkan peran barunya. Menurut Janet
Guinea [11]
pustakawan mempunyai peran sebagai mediator antara programmer dengan pengguna
perpustakaan, antara lembaga dengan programmer. Sedangkan menurut Hoa Chung Sun[12]
menerangkan bahwa peran pustakawan dalam era teknologi adalah peran pustakawan sebagai pendidik dan mengeksplorasi cara-cara yang paling efektif dalam
menerapkan perubahan teknologi informasi. Peran
yang dilakukan dalam pendidikan dengan melihat adanya revolusi digital seperti munculnya pembelajaran
penyempurnaan Web,
munculnya pustakawan sebagai pendidik teknologi informasi,
adanya perubahan
dasar internal perpustakaan akademik,
dan banyaknya lembaga yang adopsi program komputer dengan akses universal baik melalui laptop leasing atau dengan
cara lain.
Sedangkan
Widodo [13] memberikan
penjelasan bahwa peran pustakawan pada era teknologi antara lain :
a.
Information Manager
1)
Librarian as gateway to future and to the past (pustakawan
sebagai gerbang manajemen perpustakaan konvensional dan moderen). Ini
menunjukkan bahwa, kemajuan perpustakaan masih dijiwai atau diwarnai oleh
pengelolaan masa lalu yang sampai saat ini masih dianggap relevan.
2)
Librarian as knowledge/information manager (pustakawan
sebagai manajer ilmu pengetahuan/informasi). Seiring dengan peran
perpustakaannya, para pustakawan diposisikan sebagai sumberdaya handal dalam
mengelola ilmu pengatahuan/informasi.
3)
Librarian as publisher (pustakawan sebagai
penerbit). Ini bisa ditunjukkan dengan berbagai terbitan yang dihasilkan
oleh perpustakaan.
4)
Librarians as organizers of networked resources (pustakawan
sebagai pengorganisasi jaringan sumber informasi). Jaringan informasi tidak
akan bisa berjalan sesuai yang diharapkan, apabila tidak dikelola dengan baik
dan rapih. Karena itu, pustakawan dituntut untuk memahami jaringan informasi
sampai belahan dunia manapun, sekaligus mampu mengelola jaringan tersebut agar
bisa dimanfaatkan secara maksimal.
5)
Librarians as advocates for information policy
development (pustakawan sebagai penilai kebijakan pengembangan informasi).
Pustakawan diharapkan mampu memberikan penilaian informasi mana yang layak
dipublikasikan dan dilayankan, dan mana informasi yang perlu di-discard.
6)
Librarians as sifters of information resources (pustakawan
sebagai penyaring sumber informasi). Pustakawan harus mampu memposisikan
dirinya sebagai filtering informasi.
b.
Team Work
1)
Librarian as community partners (pustakawan sebagai paeter masyarakat. Masyarakat mempunyai peran
ganda, sebagai ”pengguna” dan ”kontributor” informasi. Oleh karenanya, partnership
ini perlu dikembangkan untuk menjaga keharmonisan.
2)
Librarian as a member of the digital library design
team (pustakawan sebagai tim desain). User interface dan
fitur-fitur akan lebih menaik dan mengena apabila dirancang/didesain bersama-sama
antara pustakawan dengan perancang web.
3)
Librarians as collaborators with technology resource
providers (pustakawan sebagai kolaborator penyedia sumberdaya teknologi).
Pustakawan adalah pengguna teknologi dan yang mengetahui kebutuhannya akan
teknologi informasi, sekaligus memahami kebutuhan pengguna akan teknologi
infirormasi. Oleh sebab itu, pustakawan harus mampu menempatkan dirinya untuk bias
c.
Teacher, Consultant and Researcher
1)
Librarian as
teacher and consultant (pustakawan sebagai guru dan consultant).
Implementasi digital library memerlukan sosialisasi dan pendidikan pengguna.
Inilah saatnya, pustakawan yang lebih memahami content dari digital library
dituntut untuk berberan sebagai guru, paling tidak dalam akses informasi,
sekaligus sebagai konsultan untuk bisa memberikan alternatif, misalnya
sumber-sumber informasi.
2)
librarian as
researcher (pustakawan sebagai peneliti). Peran pustakawan tidak
lagi hanya sebagai pengelola dan penjaja informasi, namun sebagai
peneliti. Hasil penelitian dan pengkajian diharapkan sebagai bahan dalam
pengembangan perpustakaan ke depan.
d.
Technicians
Librarians as technicians (pustakawan sebagai teknisi).
Perpustakaan tidak bisa lepas dari teknologi informasi, untuk itu pustakawan
diharapkan mampu memerankan dirinya pada hal-hal teknis di bidang teknologi
informasi, misanya adanya “troubleshooting”.
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa peran pustakawan
adalah sebagai mediator, pendidik
teknologi informasi, manajer informasi, konsultan dan teknisi komputer.
4.
Kompetensi Pustakawan Dalam Implementasi Teknologi
Informasi
Berdasar pada arti estimologi kompetensi diartikan sebagai kemampuan
yang dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia[14],
kompetensi adalah kemampuan, kecakapan.
Dari pendapat diatas pengertian dari kompetensi pustakawan
merupakan penguasaan pengetahuan dari pustakawan yang diperoleh melalui
pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.
Menurut Janet Guinea (Assistant systems librarian
University Library University of Leicester)[15]
menjelaskan bahwa untuk memerankan peran pustakawan sebagai mediator atau perantara
antara programmer dengan pengguna software. Pustakawan harus mempunyai
kompetensi meliputi seluruh aspek manajemen database, konfigurasi,
dukungan operasional, manupulasi format data untuk ekspor atau impor, upgrade
software dan pemecahan masalah sehari-hari. Selain itu juga dituntut
pengetahuan tentang unix, HTML, Z39.50, sistem manajemen database, sistem
manajemen proyek, format MARC dan
standar digitalisasi.
Kompetensi
pustakawan yang dibutuhkan dalam penerapan teknologi informasi adalaha pengetahuan
dan ketrampilan tentang database, komputer, software, HTML, sistem manajemen
database, dan pengetahuan dasar tentang jaringan komputer.
Adapun
langkah yang bisa ditempuh oleh pustakawan dalam meningkatkan kompetensi dalam
bidang komputerisasi adalah
a. Mengikuti
pelatihan
b. Mengikuti
workshop dan lokakarya
c. Kuliah
diploma 1, 2 atau 3 tentang teknisi komputer, program aplikasi software, informatika
komputer, manajemen jaringan dan lain sebagainya
5.
Tantangan dan Kendala Pustakawan
Pustakawan
menghadapi berbagai kendala dalam penerapan teknologi informasi. Menurut
Sulistya Basuki [16] bahwa
kendala yang dihadapi oleh pustakawan Indonesia dalam penerapan teknologi
informasi antara lain :
a. Kurangnya
pengetehauan pustakawan akan komputer dan aplikasinya
b. Kurangnya
sumber daya yang menguasai masalah touble komputer
c. Tiadanya
format baku sehingga masing-masing perpustakaan menggunakan format berlainan.
Akibatnya pertukaran data tidak dapat dilakukan karena tidak seragaman format
sehingga harus menggunakan aplikasi lainnya.
Sedangkan menurut Bambang
Hermanto[17] kendala atau kelemahan yang
dihadapi dalam penerapan teknologi informasi di perpustakaan adalah
a. Tergantungan pada aliran listrik atau
PLN
b. Bila
komputer rusak layanan terganggu
c. Minimnya
teknisi komputer
6.
Solusi pemecahan masalah TI
Selama
menerapkan teknologi informasi akan mengalami tantangan dan kendala yang
dihadapi. Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan tantangan bagi
pustakawan. Pustakawan harus bisa menyikapi setiap tantangan dengan mencari
solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Adapun solusi dalam mengatasi
tantangan dan kendala sebagai berikut :
a.
Perlu adanya jenset untuk mengantisipasi terjadinya
mati listrik
b.
Merengkrut tenaga teknisi komputer
c. Mengirim
pustakawan mengikuti pendidikan atau diklat atau kursus teknisi komputer
d. Pengadaaan
komputer yang baru
e. Pustakawan
dapat meningkatkan kompetensi tentang manajemen database, konfigurasi, dukungan
operasional, manupulasi format data untuk ekspor atauimpor, upgrade software
dan pemecahan masalah sehari-hari. Selain itu juga dituntut pengetahuan tentang
unix, HTML, Z39.50, system manajemen data base, sistem manajemen proyek ,
format MARC dan standar digitalisasi.
Penutup
Dengan kemajuan teknologi informasi
peran pustakawan akan mengalami perubahan. Pustakawan dapat menjalankan peran
barunya tetapi tidak harus meninggalkan peran kepustakawanannya. Untuk
menjalankan peran barunya pustakawan membutuhkan kompetensi dibidang lain
seperti pemograman, manajemen database, konfigurasi,
dukungan operasional, manupulasi format data untuk ekspor atau impor, upgrade
software dan pemecahan masalah teknologi informasi yang dialami sehari-hari.
Selain pustakawan mempunyai pengetahuan tentang unix, HTML, Z39.50, sistem
manajemen database, sistem manajemen proyek , format MARC dan standar digitalisasi.
Adapun peran baru yang dapat diperankan
oleh pustakawan dalam implementasi teknologi informasi sebagai berikut :
a.
mediator
b.
pendidik
teknologi informasi
c.
manajer informasi
d.
konsultan
e.
programmer
f.
teknisi komputer.
. Untuk
mendukung peran tersebut pustakawan dapat meningkatkan kompetensi dalam
teknologi informasi. Adapun langkah-langkah yang bisa ditempuh oleh pustakawan
adalah
a.
Mengikuti pelatihan
b.
Mengikuti workshop dan lokakarya
c.
Mengikuti pendidikan diploma 1, 2 atau 3
tentang teknisi komputer, program
aplikasi software, informatika komputer,
manajemen jaringan dan lain sebagainya
Daftar Pustaka
-----------------.
1989. Kamus besar bahasa indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka
Arif, Ikhwan. 2008. Konsep dan perencanaan dalam automasi perpustakaan. Makalah
Seminar dan Workshop Sehari “ Membangun Jaringan Perpustakaan Digital
Seminar dan Workshop Sehari “ Membangun Jaringan Perpustakaan Digital
Dan Otomasi Perpustakaan menuju
Masyarakat Berbasis Pengetahuan “
UMM4 Oktober
2003
Guenia, Janet. 2003. Building
Bridges : The Role Of The System Librarian in A
University. (Emerald, 2003), Library Hi Tech. Vol. 21 Number 3 2003.
University. (Emerald, 2003), Library Hi Tech. Vol. 21 Number 3 2003.
Hao Chang Sun. 2003. Role changing for librarians in the new
information technology
era,
(Emerald, 2003) Journal New Library Vol.
112 Number 7/8 2011 hlm. 321-
333
Hermanto, Bambang. 2008. Penerapan teknologi informasi untuk
meningkatkan mutu
layanan perpustakaan Universitas
Sebelas Maret. http://pustaka.uns.ac.id/? menu=news&option=detail&nid=13
diakses
tgl. 14 September 2014 Jam 15.00
WIB
WIB
Sulistyo Basuki. 1995. Periodisasi
perpustakaan Indonesia. Bandung : Rosdakarya,
1994
1994
Supriyanto, Wahyu. 2008. Teknologi informasi perpustakaan, Yogyakarta : Kanisius
Undang-undang No. 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan
Widodo. 2012. Peran dan karakteristik pustakawan di era digital library. http://widodo
staff .uns.ac.id diakses pada tgl. 13 September
2014 Jam 11.15 WIB
[1]
Sulistyo Basuki. Periodisasi perpustakaan
Indonesia, ( Bandung : Rosdakarya, 1994), hlm. 95
[2] Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan ayat 8
[3] Janet Guenia.
Building
Bridges : The Role Of The System Librarian in A University. (Emerald, 2003),
Library Hi Tech. Vol. 21 Number 3 2003.
[5]
Hao Chang Sun. Role changing for
librarians in the new information technology era, (Emerald, 2003) Journal New Library Vol. 112 Number 7/8 2011
hlm. 321-333
[6] Widodo. Peran
dan karakteristik pustakawan di era digital library. http://widodo.staff. uns. ac.id diakses pada
tgl. 13 Januari 2014 Jam 11.15 WIB
[7]
Wahyu Supriyanto. Teknologi informasi
perpustakaan, (Yogyakarta :
Kanisius, 2008)
[8]
Bambang Hermanto. Penerapan teknologi
informasi untuk meningkatkan mutu layanan perpustakaan Universitas Sebelas
Maret. (Surakarta : UNS, 2008). http://pustaka.uns.ac.id/?
menu=news&option=detail&nid=13 diakses tgl. 14
Januari 2014 Jam 15.00 WIB
[9] Wahyu
Supriyanto. Teknologi informasi
peprustakaan …, hlm. 23
[10]
Bambang Hermanto. Penerapan teknologi
informasi …
[11] Janet
Guinea. Building bridges : the role of
the system libra…
[12]
Hao Chang Sun. Role changing for
librarians….,hlm. 321-333
[13]
Widodo. Peran dan karakteristik
pustakawan di era digital library..
[14] Kamus Besa Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1989), Hlm, 453
[16]
Sulistyo Basuki. Periodisasi perpustakaan
…, hlm. 105
[17]
Bambang Hermanto. Penerapan teknologi
informasi...